Powered by Blogger.

TVOne Terlalu berlebihan dan Sering Menyudutkan Salah Satu Capres

Jelang Pilpres 2014 masyarakat dibuat muak dengan ulah ulah stasiun televisi Nasional, Televisi yang seharusnya menjadi media untuk lebih mengenal pasangan calon presiden dan wakilnya ini malah terbilang memihak dan cenderung menyudutkan salah satu pasangan capres.

Setidaknya ada dua stasiun televisi yang dengan sangat gamblang memperlihatkan ketidak netralan mereka terhadap pilpres 2014 ini yakni TVOne dan MetroTV.

Hal ini sebenarnya tidak aneh mengingat TVOne adalah perusahaan yang di naungi oleh Aburizal Bakrie yang merupakan ketua umum partai Golkar mitra kualisi gerindra yang mengusung pasangan Prabowo-Hatta, dan MetroTV dikenal memiliki kedekatan dengan Surya Paloh yang merupakan Ketua Umum partai NasDem mitra kualisi PDIP yang mengusung pasangan Jokowi-JK.

Namun pemberitaan kedua stasiun televisi ini terlihat tidak netral dan hanya memihak kepada salah satu pasangan capres saja, Jika MetroTV dianggap masih dalam kadar kewajaran maka TVone mendapat banyak kecaman dari para pengamat karena sangat berlebihan dan selalu menyiarkan hal hal yang sangat menyerang kepada pasangan presiden Jokowi-JK.

Dilansir tribunnews, pengamat komunikasi politik Ari Junaedi mengatakan TVone sudah sangat jauh menyimpang dari kadar jurnalistik karena menyiarkan berita yang hanya sepotong-sepotong dan tanpa ada keutuhan berita.

Berikut kutipan berita yang saya dapatkan dari Tribunnews

Ia mencontohkan terkait pernyataan Jusuf Kalla (JK) yang dilontarkan ketika Joko Widodo (Jokowi) baru beberapa bulan menjabat Gubernur DKI Jakarta. Itu disiarkan berulang-ulang tanpa dijelaskan kapan konteks omongan JK diucapkan.

Pemberitaan serupa dengan kasus bus Trans Jakarta yang berkarat. Menurut dia, kabar burung Jokowi yang akan dipanggil Kejaksaan Agung terus diblow up TVOne tanpa menyiarkan sanggahan pihak Kejakgung.

"Yang lebih dahsyat lagi, TVOne sengaja menampilkan pengamat yang menyerang Jokowi-JK tapi cukup lembut bahkan yang memuji Prabowo - Hatta,"ucap Ari Junaedi kepada Tribunnews.com, Minggu (1/6/2014). .

"Kalau mau fair, sebaiknya juga ditayangkan pernyataan Amien Rais tanggal 2 September 1998 yang menyebut Prabowo Subianto harus diseret ke Mahkamah Militer untuk mengetahui motif penculikan terhadap aktivis pro demokrasi," tambah Ari.

Selain itu, menurut pengajar program pascasarjana di Universitas Indonesia (UI) ini, Metro TV juga melakukan liputan yang terlalu memihak kepada pasangan Jokowi-JK. Namun, menurutnya, kadar penyimpangannya tidak sefatal TVOne.

Namun, Ari ingatkan, profesi jurnalis mencita-citakan pada keberpihakan yang benar, bukan yang membayar. Yakinlah, kekuatan independensi jurnalis pada akhirnya tidak bisa dibungkam.

"Pengalaman reformasi sepanjang tahun 1997-1998 telah membuktikan penguasa-penguasa media yang juga kroni-kroni Soeharto justru ikut berperan menumbangkan Orde Baru,"tandas Ari Junaedi yang juga dosen S2 di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.

Karena itu, dia meminta Komisi Penyiaran Indonedia (KPI) harus lebih bertaji dalam menegur isi penyiaran televisi yang bertendensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti omongan yang menyebut pilpres layaknya perang Badar harus distop.

"Tidak pantas omongan orang yang selama ini kita hormati sebagai motor reformasi disiarkan berulang-ulang," tuturnya.

Selain itu, terkait kasus pemukulan jemaah kebaktian di Sleman, Yogyakarta harusnya menjadi akhir dari upaya memecah belah. Pun pernyataan Prabowo yang menyebut kubunya Pandawa dan pihak lain Kurawa juga sangat melecehkan harkat dan kemanusian.

"Tidak diucapkan pun, kita sudah tahu kok mana yang Pandawa dan mana yang Kurawa selama kita tidak pikun dengan sejarah bangsa sejak reformasi, lumpur Lapindo, kasus tabrak lari, kasus rasuah sapi, kasus korupsi Haji bahkan kasus suap di sistem komunikasi radio terpadu di kementerian kehutanan,"sergah penulis disertasi pelarian politik tragedi 1965 di mancanegara ini.

Sebenarnya saya sudah lama mengamati aksi TVOne ini tapi tidak ambil pusing karena saya yakin bangsa indonesia merupakan bangsa yang cerdas dan tidak akan termakan isu isu yang tidak masuk akal. Namun menjelang debat capres hingga akhir debat semalam saya menjadi sangat miris karena saat menjelang debat capres TVOne menayangkan supporter yang anehnya hanya pendukung prabowo saja.

Kemudian setelah selesai Acara debat TVOne mewawancarai pengamat yang juga sangat sangat aneh menurut saya, Ketika presenter bertanya tentang apa yang hebat dan bagus dari Prabowo dalam debat tersebut sang pengamat mengatakan begitu  banyak hal hal yang di anggap bagus dari prabowo sementara saat ditanya mengenai apa yang bagus dari pernyataan Jokowi dalam debat tersebut sang Pengamat tidak menyebutkan satupun melainkan menyudutkan Jokowi dan mengatakan bahwa pengalaman jokowi saat menghadapi kasus diskriminasi di jakarta  bukanlah apa apa.

Di sisi lain MetroTV menghadirkan dua kelompok supporter dari pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK dan juga mengundang 2 perwakilan dari kedua Capres tersebut untuk berdiskusi mengenai hasil debat capres.

Menanggapi hal tersebut akhirnya saya memutuskan untuk melaporkan kejanggalan tersebut kepada Komisi Penyiaran Indonesia dan yang mencengangkan ternyata sudah ada teguran dari KPI kepada MetroTV dan TVOne.

Berikut beberapa surat teguran KPI terhapad MetroTV dan TVOne :

Disini saya mengajak agar kita berani bersuara  untuk menciptakan Pilpres yang bersih, kampanye yang bersih agar kita mendapatkan pemimpin yang berish juga karena prinsip kampanye adalah menunjukan apa yang kita punya bukan menjatuhkan lawan dengan hal hal yang tidak jelas.
 
Terima kasih telah membaca artikel tentang TVOne Terlalu berlebihan dan Sering Menyudutkan Salah Satu Capres di blog bulung software jika anda ingin menyebar-luaskan artikel ini dimohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :